Malam Minggu Kelabu di Ranah Minang





 Oleh: Munzir Jalaluddin

INDSATU.COM - Kata kelabu memang artinya warna abu-abu. Namun apabila dihubungkan dengan kata lain bisa berobah menjadi kondisi yang memprihatinkan. Sebagai contoh malam Minggu kelabu, maka bisa berarti malam Minggu yang seharusnya dirasakan menyenangkan dan membahagiakan, akan tetapi dalam hal ini yang terjadi adalah malam penuh kesedihan.

Kali ini kita bicara malam Minggu Kelabu di Ranah Minang, aneh kedengarannya tetapi nyata adanya, apa itu ?

Pada hari Sabtu sore tanggal 05 Agustus 2023 yang berlalu terjadi sesuatu yang sangat melukai hati masyarakat di Ranah Minang. Yaitu masuknya sejumlah anggota polisi dengan memakai sepatu dinas ke dalam Masjid Raya Sumatera Barat sembari berteriak teriak.

Masjid Raya ini adalah Masjid terbesar di Sumbar dan menjadi kebanggaan rakyat Minangkabau. Saat itu terlihat ibu-ibu dan anak-anak menangis histeris ditarek keluar. Dan ada juga orang yang diseret keluar oleh sejumlah anggota polisi layaknya peristiwa yang dialami oleh rakyat Palestina. Sehingga ada orang yang melihat vidionya dan mengira ini kejadian di Palestina.

Mereka dipaksa naik bus yang sudah dipersiapkan untuk dipulangkan. Perjalanan jauh di malam minggu tersebut harus ditempuh beberapa jam. Sehingga layaklah diberi judul  “Malam Minggu Kelabu di Ranah Minang”. Dalam hitungan menit berita ini viral diseluruh Indonesia bahkan sampai keluar negeri.

Beragam tanggapanpun berdatangan dari mana mana. Sungguh nama Sumatera Barat sangat tercoreng dengan kejadian ini. Masyarakat minang baik yang di ranah maupun yang di rantau pada malam itu sangat merasakan kekecewaan.

Mereka orang yang mendapat perlakuan tersebut adalah masyarakat yang datang dari Air Bangis , Kabupaten Pasaman Barat. Mereka datang jauh-jauh ke Padang untuk mengadukan nasibnya dan meminta keadilan ke Gubernur yang kerap dipanggil Buya dan yang mereka anggap selain sebagai seorang kepala daerah juga seorang ninik mamak yang sangat perhatian ke rakyat kecil.

Mereka terancam kehilangan lahan tempat hidup, karena lahan tempat mereka hidup diusulkan Gubernur untuk dibangun Proyek Strategis Nasional.

Mereka butuh makan, butuh biaya untuk pendidikan anaknya dan mereka juga butuh biaya untuk berobat, mungkin juga ada diantara mereka yang orang  tuanya terbaring ditempat tidur yang juga lagi butuh biaya pengobatan.

Pokonya begitulah kondisi kehidupan sebagian rakyat saat ini. Rakyat hidup dalam kondisi susah. Lapangan pekerjaan tidak terbuka. Jangankan akan dapat pekerjaan, yang sudah bekerjapun banyak kehilangan pekerjaan/diperhentikan karena tempat kerja bangkrut.

Mereka minta keadilan di Padang dan menginap di Masjid Raya, Mereka menemui Gubernur ternyata Gubernur lagi tidak berada ditempat.

Begitu juga dengan Wakil Gubernur juga tidak ada ditempat, bahkan Sekda yang konon orang satu kampung dengan mereka itu juga tidak ada.

Lalu saya berfikir, bagaimana bisa jalan ya pemerintahan kalau semua keluar ? Kalau wakil itu  kan mewakili apabila gubernur berhalangan, jadi harus ada ditempat. Tetapi ya itulah sekarang semua bisa terjadi, tidak ada yang aneh, yang aneh adalah orang yang tidak percaya hal itu benar terjadi.

Lalu kalau begitu kemana tepatnya rakyat akan mengadu sekarang ? Sulit mencari jawabanya. Bahkan sebagian orang menjawab “mengadu kepada Allah saja”, karena beliaulah yang maha adil. Artinya rakyat sudah tidak percaya lagi kepada pemimpin saat ini.

Kalaulah Gubernur seorang yang bijak dan mau menemui mereka dan berbicara dengan hati tidak hanya dengan mulut, karena mulut bisa berdusta, maka malam Minggu kelabu ini tidak akan terjadi.

Kemudian muncul berbagai pernyataan yang mengatakan bahwa ruangan itu bukan ruangan Masjid tetapi aula dsb. Sangat tidak tepat pernyataan tersebut, karena ruangan itu awalnya pernah untuk shalat.

Dan yang pasti sewaktu Covid ruangan tempat shalat jumat. Sungguh sangat tidak dapat diterima apabila Sajadah tempat ummat islam sujud kepada Allah swt diinjak dengan sepatu dinas.

Semoga hal ini tidak terulang lagi dan menjadi pelajaran bagi pihak Kepolisian dan Pemerintah Daerah. Untuk menjaga nama baik kepolisian  dimata masyarakat seharusnya Polda Sumbar mengusut tuntas dan memproses pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku.(Marlim/ indsatu)

Posting Komentar

0 Komentar

Selamat datang di Website www.indsatu.com, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pemred : Yendra