Lagi Dunia Pendidikan Tercoreng Diduga Aniaya Murid Asrama, Oknum Ustadz MTsN 1 Padang Panjang di Laporkan ke Polisi


Foto AA bersama orang tua, SR ketika membuat Laporan Kepolisan di Mapolres Padang Panjang atas dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh MA, oknum ustadz di MTsN 1 Padang Panjang ( Dok : Denbagus.co)

INDDATU  —   Diduga menganiaya murid sendiri hingga trauma dan lebam, oknum Ustadz pembina asrama inisial MA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Padang Panjang, Propinsi Sumatera Barat kembali coreng dunia pendidikan sampai berujung di laporkan ke Polisi.

Oknum pembina asrama tersebut dilaporkan oleh orang tua  AA (14) ke Polres Padang Panjang Sumatera Barat yang tercatat dalam surat tanda penerimaan laporan  Nomor: LP/B/42/IV/2024/SPKT/POLRES PADANG PANJANG/POLDA SUMATERA BARAT , pada Senin 29 April 2024.

Peristiwa dugaan penganiayaan dengan kekerasan terhadap AA yang sekarang tercatat sebagi murid Kelas 8E di MTsN 1 Padang Panjang ini, sesuai keterangan orang tua korban, SR mendapatkan laporan langsung dari anaknya (AA) melalui panggilan Whatapps dengan meminjam handphone kepada salah satu pedagang yang ada didepan asrama tempat AA tinggal.

“Peristiwanya terjadi pada hari  minggu tanggal 28 April 2024 di asrama putra MTSN 1 Padang Panjang, diperkirakan kejadiannya sekitar jam lima sore lewat tiga puluh lebih kurang. Saya tahunya setelah ditelepon  anak, seiring dengan mengirim foto dada bekas kena ditindih pake kaki.  Dan menyebutkan jika dia kena pukul di asrama,” ungkap SR kepada redaksi Denbagus.co, Selasa (30/4/2024) di rumah kediamannya di Kota Solok.

SR menceritakan, pemicu penganiayaan Ustadz MA terhadap anaknya AA hanya karena  suara anak-anak tertawa didalam ruangan asrama.

“Sebelum kejadian dugaan penganiayaan kepada anaknya,  kronologisnya AA pulang dari pasar habis potong rambut dan sudah rapi, sampai di asrama biasa anak-anak ngumpul, dan ketawa-ketawa, karena kebetulan ada kejadian lucu menurut mereka, karena ada flasdisk salah satu dari mereka yang hilang, terus sudah ditemukan kembali. Jadi gara-gara tertawa, keluarlah ustadznya itu,” ujar SR.

SR menyebutkan, sampainya di TKP, Ustadz Inisial MA ini langsung bertanya, siapa yang tertawa? Mendengar itu, AA langsung bersembunyi.

“Kenapa bersembunyi, karena sesuai keterangan AA, ternyata sebelumnya kalau ada kejadian yang sama, biasanya ustadz ini ambil tindakan keras sama anak-anak. Makanya dia sembunyi menghindar, cuma karena dicari terus, kan takut juga anak-anak. AA dengan sendirinya mengaku, keluarlah dia dari tempat persembunyiannya karena dipanggil terus,” bebernya.

Setelah itu SR Mengatakan, anaknya dipertanyakan kenapa tertawa, terus AA disuruh berjongkok.

“ AA disuruhnya jongkok, sementara ustadz ini ambil gunting ke kamarnya. Walau AA sudah beri keterangan kalau baru saja siap potong rambut, tetapi Ustadz MA ini tetap memaksa untuk gunting rambut anak saya, tapi AA tetap menolak, bilang tidak mau. Karena posisi anak masih berdiri,disitulah ditendangnya  kaki kanan AA dari belakang, kira 4 sampai 5 kali. Karena AA tidak jatuh karena dia bertahan. Jadi AA seterusnya didorong sehingga terlempar ke lemari yang ada dikamar itu. Habis itu AA lari, dan dikejar sama ustadz ini, sampai dapat.  Setelah dapat AA di dorong badannya, dan kakinya ditahan sampai AA jatuh. Pas AA mau berdiri lutut Ustad ini naik ke dada AA sambil ditekan dan tangan kirinya menarik leher AA, saat itulah rambut AA dipaksa digunting paksa sehingga terlihat botak dibagian depannya,” terang SR lagi.

Singkat cerita SR mengatakan. Setelah mendapat kabar dari anaknya, waktu itu juga datang ke MTsN 1 Padang Panjang, dan malamnya baru bisa bertemu dengan kepala sekolahnya yang bernama Firmawati Anwar, M.Pd, karena sebelumnya Kepala sekolah tidak ada di lokasi kejadian, karena sedang ada di Batu Sangkar.

“Malam itu juga saya sudah bertemu dengan kepala sekolah, pihak sekolah malah mengajukan damai . itu yang membuat saya heran, anak saya sedang seperti itu. Malah yang diajukan yang pertama itu adalah damai, sementara kondisi anak saya tidak ada ditanya. Makanya saat itu juga saya minta izin untuk membawa anak saya untuk di visum dan buat laporan kepolisian ke Polres Padang Panjang,” ungkap SR dengan nada kecewa.

Terkait dengan laporannya, melalui Redaksi Media Denbagus.co, SR juga  mengucapkan terimakasih atas respon cepat pihak Polres Padang Panjang, karena besoknya , senin setelah laporan diterima, pihak kepolisian langsung menindak lanjuti dengan datang ke MTsN 1 Padang Panjang , Tempat Kejadian Peristiwa (TKP) tersebut.

“Untuk proses hukum selanjutnya kami mempercayakannya kepada Polres Padang Panjang, Kami yakin pihak kepolisian pasti berhasil mengungkap kejadian yang sebenarnya, kami hanya minta keadilan untuk anak kami yang menjadi korban dari terduga pelaku Penganiayaan MA ini,” pinta SR.

Atas kejadian itu, SR berharap kepada sekolah dan bagi orang tua murid untuk menjadi perhatian khusus sebagai evaluasi pembelajaran. Karena asrama itu adalah rumah pengganti dari rumah orang tua. Orang tua menitipkan anak dengan surat dan biaya setiap bulan, itu lah tempat tinggal anak selama dia belajar. Maka seharusnyalah asrama itu layaknya seperti rumah sendiri.

“Dengan terbukanya kasus ini mudah-mudahan sekolah lebih waspada, manajemen, kepala sekolah, komite dan orang tua murid juga mesti peduli, untuk seterusnya bisa lebih memperhatikan aspek dan segala kebutuhan pendidikan, dan supaya kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” harap SR.

Yang kedua, terhadap terduga pelaku, SR dan keluarga ingin keadilan supaya Ustadz MA bisa di proses oleh hukum  sebagai efek jera.

“Mudah-mudahan kasus ini bisa terang benderang, mana tahu masih ada korban-korban lainnya dengan modus yang sama. Karena sesuai dengan keterangan anak, disana itu juga ada praktek pemaksaan oleh senior ke yunior di asrama, seperti menyuruh mencuci celana dalam, ngelap sepatu, ngambilin barang, ngambilin nasi segala macam. Itukan tidak terawasi. Dan ini juga mesti jadi perhatian, Takut kita nanti, kalau pengawasannya longgar gitu, bisa-bisa narkoba disana, LGBT dan segala kemungkinan buruk lainnya,” Jelas SR yang juga merupakan salah satu dosen di Universitas besar di Sumatera Barat.

Terakhir, atas kejadian tersebut SR berencana akan memindahkan anaknya sekolah dari MTsN 1 Kota padang panjang ke sekolah lainnya, hal itu dilakukannya dengan alasan keamanan dan psikologis anak supaya dapat menghadapi pelajaran disekolah dengan baik dan tenang. Serta berharap dengan berada di lingkungan sekolah yang baru bisa membuat kepercayaan diri anak cepat pulih kembali seperti biasanya.

Sementara itu, Kepala Sekolah MTsN 1 Padang Panjang, Firmawati Anwar, M.Pd ketika diminta klarifikasi oleh tim redaksi Denbagus.co melalui telepon seluler dan pesan Whatapps di nomor +62 852-6501-**** sampai satu hari sebelum berita ini ditayangkan tidak ada tanggapan sama sekali. (Tim red/ Eli/ indsatu)

Posting Komentar

0 Komentar

Selamat datang di Website www.indsatu.com, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pemred : Yendra